Glitter

Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Selasa, 08 Februari 2011

Puisi Tanpa Judul GIE

Entah kenapa akhir-akhir ini aku agak melankolis dan sering berpikir kembali tentang kehidupan. Kerinduanku akan masyarakat yang lebih baik di negeri ini kembali membuncah. Akhirnya, kubuka lagi buku berjudul ''Sekali Lagi Soe Hok-Gie'' dan ingin kutuliskan salah satu puisi Gie yang sarat makna ini.

Saya mimpi tentang sebuah dunia
Dimana ulama, buruh dan pemuda
Bangkit dan berkata ''Stop semua kemunafikan!''
Stop semua pembunuhan atas nama apapun.

Dan para politisi di PBB
Sibuk mengatur pengangkatan gandum, susu dan beras
Buat anak-anak yang lapar di tiga benua
Dan lupa akan diplomasi.

Tak ada lagi ras benci pada siapa pun,
Agama apa pun, rasa apa pun, dan bangsa apa pun.

Dan melupakan perang dan kebencian
Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia
yang lebih baik.

Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi
Yang tak pernah akan datang.

Salem, 29 Oktober 1968
-Soe Hok Gie-

Mungkin generasi kita ada yang tak mengenal Gie dan mengenalnya hanya lewat buku Catatan Seorang Demonstran dan film GIE yang diperankan Nicholas Saputra dan disutradarai Riri Riza.

Gie, sesosok idealis yang mati muda. Salah satu orang yang membuatku kagum dengan idealismenya sebagai seorang independen di antara teman-temannya yang terjun di politik dan tetap memilih sebagai seorang independen hingga akhir hayatnya. Tak hanya itu saja yang membuatku kagum, tapi juga tulisan-tulisannya yang kaya dan berwawasan luas serta puisi-puisinya yang sarat makna.

Kerinduan Gie akan masyarakat yang lebih baik di dunia mungkin sama dengan kerinduan yang tengah kurasakan. Hanya saja, bila dalam puisinya Gie menuliskan bahwa dunia tersebut tak pernah akan datang, namun bagiku sebaliknya. Aku tetap yakin bahwa dunia tersebut kan datang.

Hanya saja aku tak pernah tau kapan dan mungkin aku sudah tiada saat hal itu terjadi.

Surabaya, 8 Februari 2011

1 komentar: