
''Eeeeerrrrrrr,Diiiiiii!!!!!,teriakku.
Cepetan kesini,aku nemuin kunang-kunang nih, tapi sayang sinarnya gak muncul''.
Dua orang bocah lelaki yang tengah asyik mencari kumbang itupun terhenti sejenak dalam pencarian mereka. Kemudian bebarengan mereka berkata,''Kunang-kunang apaan Mit?masa' siang-siang ini ada kunang-kunang''.
Aku pun menyahut,''Yeee gak percaya,kesini cepetan makanya''
Akhirnya mereka berdua pun menghampiriku. ''Nih,lihat. kunang-kunang kan?!'',tanyaku.
''Wah,iya.kunang-kunang nyasar'',sahut mereka berdua bebarengan lagi.
Itulah saat dimana aku bermain dengan dua sahabat laki-lakiku, Rahmat dan Aldi. Kami berteman sejak kelas 5 SD. Kami dipertemukan secara kebetulan pada saat mengikuti lomba cerdas cermat tingkat SD. Rahmat dan Aldi satu sekolah, mereka teman sekelas. Tapi, berbeda sekolah denganku. Pada waktu itu aku kehilangan kotak pensilku karena kecerobohanku. Pada waktu itu aku hampir menangis karena 15 menit lagi lomba akan segera dimulai dan dimulai dengan seleksi dengan cara mengerjakan soal lebih dahulu.
Cepetan kesini,aku nemuin kunang-kunang nih, tapi sayang sinarnya gak muncul''.
Dua orang bocah lelaki yang tengah asyik mencari kumbang itupun terhenti sejenak dalam pencarian mereka. Kemudian bebarengan mereka berkata,''Kunang-kunang apaan Mit?masa' siang-siang ini ada kunang-kunang''.
Aku pun menyahut,''Yeee gak percaya,kesini cepetan makanya''
Akhirnya mereka berdua pun menghampiriku. ''Nih,lihat. kunang-kunang kan?!'',tanyaku.
''Wah,iya.kunang-kunang nyasar'',sahut mereka berdua bebarengan lagi.
Itulah saat dimana aku bermain dengan dua sahabat laki-lakiku, Rahmat dan Aldi. Kami berteman sejak kelas 5 SD. Kami dipertemukan secara kebetulan pada saat mengikuti lomba cerdas cermat tingkat SD. Rahmat dan Aldi satu sekolah, mereka teman sekelas. Tapi, berbeda sekolah denganku. Pada waktu itu aku kehilangan kotak pensilku karena kecerobohanku. Pada waktu itu aku hampir menangis karena 15 menit lagi lomba akan segera dimulai dan dimulai dengan seleksi dengan cara mengerjakan soal lebih dahulu.
''Ya Allah,gimana ini?,batinku''. Di kejauhan ternyata ada seseorang yang memperhatikanku kemudian dia datang menghampiriku. ''Kamu kenapa?'',tanyanya. ''Dari tadi kulihat kamu kayak kebingungan''. Dia adalah Aldi. Itulah awal kali aku bertemu dengannya.
''Kotak pensilku hilang, padahal 15 menit lagi kan lomba dimulai'',jawabku. Dia tersenyum,kemudian segera mencari-cari sesuatu di dalam tasnya dan memberikan kotak pensil miliknya. ''Nih,pake aja punyaku'',katanya. ''Ta,tapi kamu gimana?'',tanyaku.
''Ah,gampang itu.Eeerrrrr'', teriaknya memanggil temannya. Kemudian seorang anak lelaki kurus, matanya agak sipit berlari ke arah kami. ''Ada apa Di?'',tanyanya. ''Aku ntar pinjem pensilmu ya?pensilku kupinjemin dia.Kasihan,kotak pensilnya hilang''. Oiya aku lupa memperkenalkan diri. Aku Aldi, ini temanku Rahmat. Namamu siapa?'',tanya Aldi.
''Aku Mitha'',jawabku. Nanti selesai lomba ini jangan pulang dulu ya,aku mau ngembalikan kotak pensilmu'',kataku. ''Oke,nanti kita ketemu lagi disini.Goodluck'',sahutnya.
Itulah awal kali aku bertemu dengan dua orang yang kini menjadi sahabatku.
Sekarang kami telah kelas 3 SMA dan sebentar lagi kami akan meneruskan kuliah. Suatu hari sepulang sekolah, kami bertiga berkumpul di ruang diskusi GO. Kebetulan kami bertiga satu bimbel. Rahmat memulai pembicaraan.''Mit,kamu yakin ma pilihanmu ke FK?'',tanyanya. ''InsyaAllah,sudah jadi keputusan bulatku'',jawabku.''Kenapa memang?'',tanyaku.''Gak apa-apa,cuma tanya aja'',jawabnya. ''Kenapa ya kok Rahmat akhir-akhir ini jadi aneh?'',pikirku. Sudah sejak lama aku menyimpan sebuah perasaan yang sulit diungkap dengan kata-kata terhadap sahabatku yang satu ini. Awalnya memang dia tampak biasa bagiku, namun sikap sabarnya,cerdasnya dia dan satu lagi yang paling penting bagiku,dia bukan seperti anak lelaki pada umumnya yang suka hura-hura dsb, tapi dia seorang anak yang taat ibadahnya dan sederhana. Meski dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah keatas,namun terlihat sederhana dan kalian tidak akan menyangka kalau dia anak orang kaya bila melihatnya.
Selain itu, dia cerdas orangnya. Itulah yang membuatku menaruh perasaan kagum padanya. Namun, aku masih ragu apakah dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Berbeda dengan Aldi, aku memang juga kagum padanya karena sikap dewasa yang dia miliki, berbeda dengan anak-anak diusianya yang terkadang masih kekanak-kanakan dan belum begitu memperhatikan masa depannya, tapi dia sudah menata dan merencanakan karir serta kehidupan berkeluarganya di masa mendatang. Tipe pria yang bertanggung jawab pikirku. Aku menganggapnya sudah seperti kakakku sendiri.
''Heh,ngelamun aja!'',bentak Aldi membuatku kaget dan hampir membuatku menumpahkan teh di cangkir yang kupegang, tapi tidak jadi. ''Ngelamunin apa Mit ?'',tanyanya.''Hayo,bentar lagi snmptn,jangan mikir yang aneh-aneh dulu.hahahaha'',katanya sambil bergurau.
''Apaan sih!'',jawabku. ''Kamu nih bikin teh ni mau tumpah ke jilbabku''.kataku dengan nada sedikit agak kesal. ''Udah-udah gak usah bertengkar'', sahut Rahmat. Kemudian Aldi bertanya,''Lho Er kamu jadi mau ke Jakarta?''.''Entahlah,kalau diterima disana ya aku berangkat'', jawabnya. ''Lha kamu sendiri?Udah yakin dengan pilihanmu bakal ke Bandung?'',lanjutnya.''Ya, aku pingin belajar hidup mandiri gak terlalu tergantung ma ortuku, tapi...'' belum selesai Aldi menjawab bel tanda bimbel dimulai pun berdering.
Tak terasa kita sudah lulus SMA. Hari ini merupakan hari yang dinanti-nanti oleh ribuan orang yang mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Hari yang paling menentukan dan hari bersejarah bagi mereka yang berhasil diterima di perguruan tinggi serta jurusan yang mereka impikan. Hari itu pun menjadi hari penentuan nasib kami bertiga. Kami sengaja tidak mau menggunakan fasilitas speed searching punya GO. Tapi,ingin berusaha mencari nama kami sendiri di koran meski itu harus menyiksa mata kami. Kami bertiga saling mencari, membaca satu demi satu nama-nama dengan huruf seukuran semut.
Hingga akhirnya, ''Mitha selamat ya FK UNAIR'',kata Aldi. Jantungku berdegup kencang dan ucapan syukur tak henti-hentinya terucap dari bibirku. ''Alhamdulillah ya Allah'',ucapku. Tapi,masih ada yang mengganjal pikiranku. Gimana Rahmat ma Aldi ya? Kok belum ketemu-ketemu sih nama mereka, pikirku. Kemudian aku tiba pada sebuah nama dan kubaca Rahmat Rinaldi Akbar-Akuntansi UI. Kuulang lagi dan kubaca sedikit agak keras ''Rahmat Rinaldi Akbar-Akuntansi UI'',kataku. Kemudian disusul oleh Rahmat ''Aldi Adrian-FTI ITB'' katanya. Mereka berdua menoleh padaku kemudian berteriak bersamaan ''Alhamdulillah,berhasil!berhasil!kita keterima'', teriak mereka dan mereka saling berpelukan.
Itulah hari yang paling membahagiakan dalam hidup kami. Namun, aku agak sedikit kecewa sebenarnya karena aku ingin diterima di FKUI agar tidak terlalu jauh dengan orang yang aku senangi. Namun, Allah berkata lain ternyata. Tapi tak apalah, aku harus tetap bersyukur pikirku. Banyak ribuan orang yang menginginkan kursi di FK UNAIR.
Itulah terakhir kalinya kita bertemu. Sebab setelah itu kami berpisah satu sama lain.
Suatu ketika, sehari sebelum keberangkatan Aldi dan Rahmat, Aldi meneleponku. ''Mitha, boleh aku ke rumahmu sekarang? Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan ke kamu dan aku takut kalau tidak ku sampaikan hari ini, besok-besok aku tidak bisa bertemu denganmu'',katanya. Deg,aku terkejut sekaligus penasaran apa yang mau disampaikan Aldi padaku? Sepenting itukah sampai harus ke rumahku?, batinku. ''Kenapa sekarang? Gak tadi sore aja sih ke rumahku, ini udah malem Di, gak enak ntar kalau dilihat orang'', jawabku. ''Aku tadi ragu Mit, tapi udah kuputuskan sekarang. Apa pun yang terjadi nanti aku akan berbesar hati menerimanya'', jawabnya. ''Ya udah, tapi jangan lama-lama. Kamu besok kan mesti ke bandara pagi-pagi'',jawabku lagi. ''Oke tunggu aku, Sepuluh menit lagi aku di depan pintu rumahmu'',jawabnya.
Aldi pun sampai di rumahku. Dan pembicaraan serius pun terjadi. ''Mitha, maaf aku kerumahmu malem-malem gini. Aku cuma ingin nyampein perasaanku ke kamu. Selama ini aku menganggapmu lebih dari sekedar sahabat, Aku tak tahu gimana harus bersikap padamu selama ini. Aku tidak bisa memungkiri bahwa aku menyukaimu bahkan lebih dari itu. Aku tidak bisa mengelak dari fitrah yang diberikan-Nya padaku. Dan aku ingin kamu yang menjadi pendampingku sampai nanti akhir hidupku. Aku mengagumimu karena sikap tegarmu, sabarmu ketika menghadapi setiap cobaan yang menimpamu. Belum pernah ku lihat wanita sekuat dirimu dan tentunya ketika kamu mendampingiku kelak, tentunya kamu bisa menjadi penyemangat dan penguat imanku. Maaf, seharusnya tidak mendadak seperti ini. Dan...''
Belum selesai dia bicara aku memotongnya ,'' Aldi. Aku nggak tau harus bilang apa ke kamu. Dan aku nggak mau menyakiti hatimu. Tapi, ketika aku memaksakan hatiku untuk menaruh perasaanku padamu, aku menyakiti diriku sendiri. Memang dalam hal ini, selalu harus ada yang sakit hati. Tapi, aku belum bisa untuk menjawab itu sekarang'',kataku.
''Aku tahu kamu menaruh perasaan pada Rahmat sejak lama dan aku tidak bisa memaksakan kehendakku serta tidak bisa memaksa hatimu.Aku sadar sejak awal bahwa pasti seperti ini jawabannya, tapi aku bersikeras.'', jawabnya. ''Baiklah, akan aku katakan sejujurnya bahwa Rahmat waktu itu juga pernah bercerita padaku,''Di, betapa beruntungnya punya istri kayak Mitha ya.Siapa ya seseorang yang beruntung yang memperoleh hatinya selain Allah dan Rasulullah. Aku ingin mengenal dia lebih dalam, Di. Rasanya 7 tahun kita bersahabat, tapi aku belum begitu mengenalnya''.Lanjutnya, ''Aku tidak mengerti maksud perkataan Rahmat. Tapi, aku yakin dia menaruh perasaan padamu juga. Tapi, untuk saat ini dia masih ingin lebih fokus ke karirnya baru setelah itu merencanakan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya''. Jika kamu memang mencintainya Mit, maka sabarlah untuk menunggunya. Aku yakin Allah pasti memberikan yang terbaik untuk kalian.'',jawabnya dengan tegar.
Aku tak tahu harus bilang apa pada Aldi. Dia begitu baik dan dia mau mengorbankan perasaannya. Aku jadi ingat pertama kali kita bertemu dulu. Dialah orang pertama yang sadar bahwa aku membutuhkan bantuan. Dia orang pertama yang membantuku dengan mengorbankan dirinya, bukan Rahmat. Dia orang pertama yang menyampaikan perasaan hatinya padaku. Namun, aku menganggapnya sebagai seorang kakak sekaligus sahabat. Apa aku harus memaksakan hatiku. Maafkan Aku Robb karena telah membuat seseorang sakit hati. Tanpa banyak basa-basi aku pun menyuruh Aldi segera pulang. ''Di, udah. jangan diterusin lagi. Kamu cepetan pulang, besok kamu mesti ke bandara pagi-pagi ma Rahmat'', kataku dengan galak. ''Dan jangan ada diantara sikap kita yang berubah sedikitpun karena kejadian malem ini. Kita tetep sahabat sampai kapan pun. Janji Di?'', kataku. ''Insya Allah'', jawabnya. Tanpa banyak bicara Aldi pun pulang. Dan aku melihat sorot mata kekecewaan, kekecewaan mendalam atas jawabanku padanya. Maafin aku Di, aku gak bisa, jawabku dalam hati. Mungkin maaf gak cukup, aku gak tau apa lagi yang bisa menghibur hatimu. Aku cuma bisa berdoa semoga dia memperoleh jodoh yang lebih baik dariku.
Esok harinya. Saat-saat yang sangat menyedihkan pun tiba. Harus berpisah dengan 2 orang yang telah 7 tahun menjadi sahabatku. Masa-masa yang aku lalui bersama mereka akan selalu menjadi kenangan yang takkan pernah aku lupakan dan selalu kusimpan di hati.
Akhirnya,aku pun harus melepas kepergian mereka. Rahmat kulihat cuma diam saja. Aku sebenarnya tak begitu yakin dengan kata Aldi semalam. Kalau Rahmat memang menaruh perasaan padaku harusnya saat ini atau mungkin sehari sebelum kepergiannya, seperti Aldi, dia menyatakan perasaannya padaku. Tapi, ternyata tidak ada sepatah kata yang terucap dari bibirnya. Hanya kata, ''jaga diri baik-baik ya'' itu kata terakhir yang terucap darinya.
Apa aku harus menunggu sebuah ketidakpastian ini? Memang menunggu sesuatu yang belum pasti itu sangat menyakitkan.
Satu tahun pun berlalu...
Handphoneku berdering ketika tengah asyik membaca anatomi.
A :''Assalammualaikum,Mitha.gimana kabar?Masih inget ini sapa?''
M:''Waalaikumsalam.Aldi ya?Alhamdulillah baik.kamu gimana?''
A : ''Alhamdulillah juga,gimana perkembangan kalian?''
M:''Al,km ini telepon jauh-jauh buat nanyain yg gak penting. Ya, gitu-gitu aja. Gak ada perkembangan. Dia nganggep aku sebatas saudara kayaknya. Aku gak mau terlalu berharap Di. Iya memang aku masih menunggunya sampai sekarang, tapi aku juga berusaha membuka hatiku buat orang lain. Gak salah kan? Jodoh hanya Dia yang tahu, tapi manusia tetep harus ikhtiar kan'', jawabku.
A:''Kamu setia banget ya..Hahaha. Banyak laki-laki yang mau sama kamu. Jadi, jangan tutup hatimu cuma buat dia seorang. Beruntung banget orang yang jadi suamimu nanti. InsyaAllah''
M:''Makasih banyak Di. Semoga calon istrimu sekarang kelak jadi istrimu. Aku agak sedikit menyesal sebenarnya dulu.Tapi, penyesalan apalah artinya. Waktu nggak akan kembali lagi''
Kapan-kapan kenalin dong calonmu. Jangan lupa undangannnya lho''
A:''Sudah, jangan ngomong masa lalu lagi.Yang harus kita hadapi adalah apa yang terjadi sekarang dan masa yang akan datang. Aku doain semoga kamu jodoh sama Rahmat''
Ehmm...Mit,aku sebenernya nggak bermaksud buat ngasih bad news ke kamu.Tapi,aku denger Rahmat lagi deket sama temen kuliahnya di UI. Aku juga gak nyangka, dia bukan tipe orang yang nyari perempuan sembarangan.Tapi,coba aja kamu tanya dia sendiri buat mastiin.
M:''Hmm..gitu ya..oke kapan-kapan aku telepon dia.Makasih Al infonya
Pembicaraan pun berakhir.
Ya Allah, penantianku ternyata sia-sia. Entah kenapa hatiku bagaikan teriiris mendengarnya. Tapi, aku akan berusaha tetap menunggunya. Hati kecilku berkata begitu. Jika dia memang jodoh yang dipilihkanNya, maka penantianku tidak akan sia-sia.
Dua Tahun pun berlalu
Suatu ketika saat tengah asyik mengerjakan tugas, handphoneku berbunyi.
''Assalammualaikum''. ''Waalaikumsalam'', jawabku.
R:''Mitha,lama aku tak bicara denganmu.Gimana kabarmu?
M:''Alhamdulillah,sehat.Kamu gimana R?''
R:''Alhamdulillah aku juga sehat.Mit, aku di Surabaya sekarang. Aku boleh ke rumahmu?''
M:''O,ya?Kok nggak ngasih kabar kalau pulang?Boleh,kapan?''
R:''Besok sore,gimana?kamu ada waktu?''
M:''InsyaAllah ada.Kenapa kok tiba-tiba?''
R:''Enggak,aku pingin ketemu.Lama kita nggak ketemu''
M:''Oke.besok aku tunggu''
R:''Assalammualaikum''
M:''Waalaikumsalam''
Esok harinya dia datang. Kami pun mengobrol dan bercanda seperti dulu. Sampai di tengah-tengah pembicaraan, aku spontan bertanya padanya ,''Err,aku denger dari Aldi kamu lagi deket sama seseorang?'' Rahmat langsung kaget,''Iya, dulu. Aku salah, karena aku membohongi diriku sendiri. Aku mencoba melupakan seseorang yang selama ini ternyata aku cintai dan aku ingin menjadikannya istriku. Orang yang selama ini menantiku tanpa kepastian, namun ia dengan sabar dan teguh tetap menungguku. Dialah selama ini wanita yang aku cari sebenarnya sebagai pendamping hidupku. Aku pikir dia sudah dengan orang lain,tapi ternyata aku salah. Karena itulah aku kesini Mit. Aku ingin mengatakan yang sebenarnya padamu. Bahwa sesungguhnya kamulah orang yang aku cari selama ini. Yang nantinya mengisi hatiku setelah Allah, Rasulullah dan keluargaku. Kamulah orang yang pantas buatku. Aku ingin, setelah aku lulus dan memperoleh pekerjaan sebentar lagi,aku ingin melamarmu.
Maukah kamu menjadi pendamping hidupku sampai akhir hayatku ?''
Aku tidak tahu harus berkata apa, air mataku menetes secara tidak sengaja mendengar apa yang diucapkan Rahmat padaku. Ya Allah terima kasih, ternyata kau menjawab doaku selama ini. Ternyata memang dia orang yang Engkau pilihkan untukku dan penantianku tidak sia-sia. ''Insya Allah,semoga aku bisa menjadi istri yang baik untukmu nantinya. Amien.''
Catatan:
Cerita ini hanyalah fiksi, apabila terdapat kesamaan nama atau tempat mohon maaf.Hal itu merupakan suatu ketidaksengajaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar