Setiap sore ketika aku berjalan di taman bermain dekat rumahku, kulihat dia. Dia duduk termenung melihat teman-temannya bermain. Dia tidak ikut bermain dengan kawan-kawannya, namun hanya duduk sambil sesekali membaca sebuah buku lusuh yang setiap hari dibawanya. Dia seorang anak kecil yang kira-kira masih berusia 5 tahun. Tubuhnya kecil dan kurus, pakaiannya agak lusuh. Sepertinya tubuhnya kurang terawat.
Suatu sore kusempatkan untuk berjalan-jalan sore ke taman itu lagi. Dan masih kulihat anak itu duduk di tempat yang sama sebagaimana aku lihat sebelumnya. Namun, kini ia sendirian. Tak tampak olehku teman-temannya yang biasa bermain di taman ini juga. Lalu, kuberanikan diriku untuk mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Dia diam saja. Kemudian kuberanikan diriku untuk bertanya pada anak kecil itu. ''Adik sendirian? Namanya siapa?''. Lalu dia pun menjawab,''Iya kak. Nama saya Aldi''.
Suatu sore kusempatkan untuk berjalan-jalan sore ke taman itu lagi. Dan masih kulihat anak itu duduk di tempat yang sama sebagaimana aku lihat sebelumnya. Namun, kini ia sendirian. Tak tampak olehku teman-temannya yang biasa bermain di taman ini juga. Lalu, kuberanikan diriku untuk mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Dia diam saja. Kemudian kuberanikan diriku untuk bertanya pada anak kecil itu. ''Adik sendirian? Namanya siapa?''. Lalu dia pun menjawab,''Iya kak. Nama saya Aldi''.
Kulanjutkan pertanyaanku karena aku semakin penasaran dengannya. ''Aldi tinggal dimana? Nggak dicari ayah sama ibu sore gini belum pulang?'' ''Nggak Kak'',jawabnya.''Saya tinggal sama nenek, nggak jauh kok dari sini''. Tapi nenek lagi sakit, jadi saya kesini tiap hari biar nggak ngganggu nenek istirahat''. Aku semakin penasaran dengan anak ini dan hal itu membuat begitu banyak tanya dalam kepalaku.''Memangnya nenek sakit apa?'',tanyaku lagi. ''Nenek sakit parah, sudah dibawa ke dokter. tapi kata pak dokternya sakitnya nggak bisa sembuh kalau nggak operasi'', jawabnya.''Tapi, saya nggak punya uang Kak buat biaya operasi dan obatnya nenek'',lanjutnya.
Hatiku bergetar mendengar kalimat itu. Ya Allah, seandainya aku bisa membantu anak kecil ini dengan uangku. Namun, aku hanyalah mahasiswa yang belum memiliki penghasilan tetap dan bukan orang kaya yang dengan mudah bisa mengeluarkan uang banyak. Rasanya aku ingin menangis. Kemudian kulihat buku yang ada dalam genggamannya. Buku itu buku yang kulihat setiap hari dibawanya. Kemudian aku bertanya lagi, ''Aldi sekolah?'' ''iya,masih kelas 1 SD sekarang'',jawabnya. ''Suka baca buku ya?'',tanyaku. ''Boleh nggak kakak lihat itu buku apa?''.Kemudian disodorkannya buku dalam genggamannya itu padaku. Aku pun tertegun. Buku itu memang buku bacaan anak-anak, tidak istimewa. Namun, kulihat ada sebuah halaman di dalam buku itu yang lusuh dan hampir robek karena mungkin dibaca berulang-ulang.
Kubaca sedikit kalimat di halaman lusuh buku itu. ''Dikisahkan seorang dokter yang begitu pintar dan banyak menyelamatkan nyawa manusia, namun bekerja tanpa pamrih. Mengabdikan hidupnya semata-mata untuk menolong orang-orang yang membutuhkan bantuannya, namun tidak meminta sepeser pun imbalan karena kebanyakan pasiennya adalah orang-orang tidak mampu yang hanya mampu membayar dengan beras, singkong atau ala kadarnya. Air mataku hampir menetes setelah membaca buku itu, namun berhasil kutahan. Lalu, aku bertanya lagi pada anak kecil itu,''Aldi nanti kepingin jadi apa?'' ''Dokter'',jawabnya. ''Saya pingin bisa nyembuhin nenek.Kalau saya dokternya, nenek kan nggak usah bayar'', lanjutnya. Hatiku menangis mendengar kalimat yang dilontarkannya. Bagitu polos pikirku. Kemudian dia berkata lagi,''karena itu saya seneng baca cerita ini. Cuma buku ini yang saya punya. Dulu dibelikan sama nenek. Tapi, saya harus nunggu 20 tahun lagi baru bisa jadi dokter.''
Diam-diam aku berdoa dalam hati semoga impianmu jadi dokter bisa terwujud dan nenekmu pastinya akan bangga padamu. Meskipun mungkin saat kamu jadi dokter, beliau sudah wafat. Namun, beliau pasti akan tersenyum bangga di surgaNya ketika melihat cucu tercintanya ini dapat menjadi dokter seperti yang diharapkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar