
Kata yang semua orang tahu
Mulai dari kalangan elite hingga kalangan menengah bawah
Sebuah status sosial yang dianggap terpandang di mata publik
''masih'' saja, mungkin sampai saat ini
Sebuah profesi yang bagiku tak mudah menjalankannya
sebab, orang lain memercayakan hidup dan rahasianya
pada profesi ini...
''Masih'' saja hingga kini..
Bagi sebagian orang...
Profesi dokter dianggap bermartabat, menjanjikan
Mungkin, itu ''dulu''
Saat dokter masih bisa dihitung
Berbeda dengan sekarang
Setiap tahunnya, universitas di seluruh Indonesia meluluskan
sekitar enam ribu dokter berkompeten
Dilematis...
Itu kata-kata yang terbersit dalam pikiranku
Menjadi seorang dokter itu diliputi oleh dilema
Dilema...
antara kebaikan dan kejahatan
antara kerendahan hati sebagai public servant dan arogansi status sosial yang terpandang
antara kepentingan orang lain dan egoisme pribadi
antara keselamatan dan kesembuhan orang lain dan keuntungan pribadi
antara ketulusan pengabdian dan ambisi pribadi
antara keadaan diri dan tuntutan profesi
Namun, apa yang bisa dilakukan seorang dokter?
Yang baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran
dan masih mencari pekerjaan serta penghasilannya masih pas-pasan
yang barangkali hanya cukup untuk makan
Meski berniat baik, hendak menolong sesama dan membuat orang lain tersenyum
sebagaimana niat awal masuk sekolah kedokteran
Namun, apa yang bisa dilakukan seorang dokter?
Ketika kesehatan masih saja dibisniskan
Menuntut seorang pasien harus memiliki banyak uang
hanya untuk kesembuhan
Sementara, bagaimana dengan mereka yang memang tak punya uang
Sehingga aku tidak bisa menyalahkan
Jika mereka lebih memilih pengobatan lain yang lebih murah
yang mereka bisa jangkau, asal kesembuhan mereka dapatkan
Namun, aku juga tidak bisa menyalahkan
Karena tuntutan profesi dan ikatan keprofesian
Seorang dokter diharuskan untuk ikut seminar yang notabene mahal
sementara dokter juga punya keluarga yang harus dinafkahi
Sehingga kadang aku berpikir
Mungkin ini salah satu sebab ada dokter yang bermalpraktik
Namun, ku tepis lagi pikiran pemakluman itu
Bagiku, semuanya tergantung masing-masing orang
Kalau pada dasarnya memang berniat baik ya tak akan berlaku begitu
Lagi-lagi dilema...
antara niat baik dengan keadaan
bagaimana harus melawan sistem kesehatan yang kuat?
dan meluruskannya sebagaimana tujuan mulia
bahwa kesehatan tidaklah identik dengan uang dan bisnis
tapi, pengabdian, pengorbanan, dan ketulusan
Dilema...
Setiap dokter, pada dasarnya, memiliki tujuan baik, bekerja berlandaskan pengabdian
Sebab dokter telah mendapat pelajaran etika kedokteran di tahun pertama
Mungkin, terkadang keadaanlah yang membuat seorang tak lagi lurus
sebagaimana tujuan awalnya
Yakinlah, meski kalian sulit untuk percaya
meski kalian pernah tersakiti dan tidak puas karena perbuatan dokter
Yakinlah, bahwa sesungguhnya di dunia ini
masih ada diantara mereka, para dokter yang mungkin kalian anggap
apatis, arogan, egois, tak bernurani
masih ada mereka, para dokter yang menyimpan pelita
pengabdian, ketulusan, keikhlasan, perjuangan serta pengorbanan
semata-mata untuk para pasien serta masyarakat
dan ingin mewujudkan cita-cita bersama negeri ini
yakni, mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat
Pelita dalam hati mereka takkan pernah padam
Mereka rela bekerja tak di bayar, semata-mata hanya untuk meringankan beban
orang-orang yang membutuhkan kesembuhan dan keselamatan
dan semata-mata ingin agar para pasiennya tersenyum
karena penderitaannya berkurang
Para dokter berpengabdian itu masih ada
mereka berjuang, mendirikan yayasan dan menggalang dana bantuan
untuk orang-orang yang memerlukan pengobatan dan perawatan
terutama mereka yang tak mampu membayar
Untuk semua dokter dan para calon dokter
semoga kelak kita senantiasa lurus dalam niat kita
semata-mata untuk memberikan pengabdian pada masyarakat
terutama yang membutuhkan
dan semoga pelita ketulusan, keikhlasan, perjuangan serta pengorbanan itu
senantiasa hidup dalam hati kita
Meski dilema yang terjadi takkan bisa dipungkiri
Surabaya, 10 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar