Glitter

Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Rabu, 24 November 2010

Kakak, Aku Bangga Meski Aku Jauh Darimu

''Kakaaakk!!!'' panggilku.
Aku seorang anak kecil mungil yang masih berumur 5 tahun.
Aira namaku. ''Kakak, mau kemana lagi?!'' tanyaku.
''Kakak mau ke kampus, ada urusan sebentar. Maaf ya adik kecilku.Lain kali insya Allah'' kata seorang gadis cantik yang kini telah beranjak dewasa. Kemudian dia pun segera beranjak pergi. Kelihatan tergesa-gesa.
Dia kakak perempuanku, namanya Aninda, kakakku satu-satunya. Kuliah di Fakultas Kedokteran salah satu Universitas ternama di Jakarta, kini dia semester 6. Sungguh sibuknya minta ampun.Belum jadi dokter udah sibuk kayak gitu, gimana nanti kalau jadi dokter, pikirku.

Terlihat jalas sekali sebenarnya ekspresi wajahku yang kecewa melihatnya pergi.
Kenapa sih kakak selalu nggak mau kalau tak ajak main. Alasan inilah, itulah. Selalu nggak ada waktu buatku, batinnya. Aku ini sebenarnya dianggap adiknya nggak sih, pikirku.''
''Menyebalkan'', teriakku.

Ketika tengah asyik bermain boneka teddy-nya dan mendengar anak bungsunya itu marah-marah sendiri. Ayahnya yang beru saja pulang bekerja menghampirinya. ''Lho kok marah-marah sendiri, kenapa? Kakakmu kemana?'',tanya ayah. ''Katanya tadi mau ke kampus, ada urusan bentar, yah'', jawabku. ''Kenapa sih, Yah, kakak mesti nggak mau kalau main sama Aira. Aira kan juga pingin main sama kakak'', lanjutnya.
''Kakak kamu itu sibuk, Nak. Selain sibuk kuliah, dia juga aktivis kampus'', jawab sang ayah. ''Aktivis kampus itu apa ayah ? Aira nggak ngerti'',tanyaku
''Hmm..Orang yang punya banyak aktivitas di kampusnya. Banyaklah kegiatan yang diikutinya sehingga mau nggak mau dia sering ke kampus dan jarang di rumah. Nanti kalau kamu sudah jadi mahasiswa, kamu akan tahu'', jawab ayah.

''Kakak nggak perhatian sama Aira. Lebih sibuk sama urusannya sendiri'', kataku dengan wajah agak cemberut. Ayahnya cuma tertawa melihat tingkah gadis kecilnya itu.

Suatu hari ketika Aninda tengah asyik membaca koran di teras rumah, Aira datang mendekatinya. Kemudian si kecil itu bertanya, ''Lho kok tumben kakak nggak ke kampus lagi ?''
''Ini kan hari minggu, Sayang. Kampus libur kalau minggu'' jawabnya sambil tersenyum.
Kemudian Aira bertanya lagi, ''Kak, kakak sebenernya sayang sama Aira nggak sih ?''
Mendengar pertanyaan adik kecilnya itu Aninda tertawa geli. ''Pertanyaanmu kok aneh sih?! Ya jelas sayanglah, kamu kan adik kakak'', jawabnya.
''Tapi kok kakak mesti nggak ada waktu buat main sama Aira. Sibuk sama urusannya terus, jarang dirumah. Aira kan juga pingin main sama kakak. temen-temen Aira sering jalan-jalan sore sama kakak-kakak mereka. Tapi, Aira mesti main sendiri dirumah. Gitu kok bilangnya sayang. Kalau sayang kan kakak pastinya perhatian sama Aira'', katanya agak sedikit kesal.

Mendengar pernyataan adiknya Aninda terdiam. Kemudian dia memandang lekat-lekat adiknya itu dan mengelus-elus kepala Aira. Kemudian dengan lembut Aninda berkata pada adiknya. ''Adekku sayang, kakak benar-benar minta maaf kalau selama ini jarang main sama Aira. Kakak nggak bermaksud begitu, dek. Beneran. Kakak sayang sama Aira. Cuma mungkin cara sayang kakak beda dari kakaknya teman-teman Aira. Kakak punya urusan yang lebih penting karena menyangkut orang banyak dan nggak bisa ditinggal sehingga kadang nggak bisa main sama Aira. Sekali lagi maafin kakak ya. Suatu saat nanti Aira bakal ngerti deh apa yang kakak lakuin''.

''Jawabannya nggak memuaskan'', batin Aira. Kemudian Aninda memeluk adik kecilnya itu. ''Suatu saat kamu akan ngerti karena yang kakak lakukan ini adalah dakwah untuk masyarakat yang kita semua impikan. Kakak berusaha membuatmu bangga dan kakak harus menjadi contoh yang baik untukmu. Maafkan aku adik kecilku'', batinnya.

Suatu hari ketika aku tengah bermain, kakak datang lebih awal. ''Nggak biasanya'', batinku.
''Ayah, KHS-ku sudah keluar'', katanya. ''Oiya, kamu kok belum cerita sama ayah, kamu waktu itu ke Bali gimana hasinya?'' ''Sebenarnya, Ninda mau ngasih surprise ke ayah, ibu sama Aira dan memang Aninda sengaja  ngomongnya hari ini Yah, biar sekalian'', katanya.
''Jadi, alhamdulillah pimnas kemarin Ninda sekelompok juara 2, meski sebenarnya pingin dapet yg terbaik. Trus, Hida juga dapet beasiswa ini buat studi ke Monash University 2 bulan Ayah'', lanjutnya. ''Alhamdulillah, anakku satu ini sudah cantik, pinter, salehah, tinggal nunggu siapa jodohnya'', kata ayah sambil tersenyum.

Kemudian ayah memanggilku, ''Aira, kesini sebentar nak''. ''Dalem? iya ayah, sebentar'', jawabku. Kemudian aku menghampiri mereka berdua. ketika aku hendak mengambil tempat di sebelah ayah, tangan kakak segera meraih tanganku dan mendudukkanku di pangkuannya.

''Aira, lihat ini. Kamu nggak pingin kayak kakakmu? Lihat ini nilainya. cumlaude. cumlaude itu sama dengan nilainya paling bagus. Sebentar lagi kakakmu ini mau ke Australia 2 bulan, dapat beasiswa karena kemarin karya tulisnya lolos ke pimnas. Kamu bangga kan pastinya punya kakak kayak dia. Nggak kepingin kamu kayak kakakmu ini nanti ?''
''Meski aku tidak seberapa mengerti maksud ayah, maklum masih 5 tahun. ''Apa itu karya tulis, pimnas, beasiswa ?'', pikirku, yang aku tahu kakakku prestasinya banyak dan membanggakan orang tua, dan satu lagi, aku mau ditinggal kakak ke luar negeri 2 bulan. ''Seperti biasa, serasa nggak punya kakak meski punya'', batinku. Buru-buru aku menjawab,'' Iya Ayah, nanti kalau Aira sudah besar, kepingin kayak kakak''.

Tapi aku bangga sama kakak, meski aku sering ditinggal, jarang bisa main sama dia. Ternyata untuk tujuan itulah kakak sibuk banget. Supaya bisa membuat orang tua dan aku bangga sehingga kelak aku akan seperti dia. ''Tak apalah, aku ikhlas. Aku nggak punya hak untuk melarang apa yang baik baginya. Meski kadang aku iri kalau melihat temen-temenku. Biasalah, anak kecil kan selalu pingin pamer selain itu juga pingin dapet perhatian.
Meski aku tak tahu apa yang kakak lakukan, tapi aku berjanji dalam hati, suatu saat nanti aku akan lebih baik darinya, aku akan menjadi sepertinya. Kakakku yang ku sayang, lebih dari diriku sendiri.

Catatan :
cerita ini hanyalah fiksi, apabila ada kesamaan nama, tempat mohon maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar